80-an “Pahlawan” Berjuang di Etape Hari Pahlawan


 

Padangpanjang—Sebanyak 80 pembalap yang tersisa,  Wali Kota Padangpanjang Fadly Amran melepas secara resmi sekira pukul 10.00 WIB, Sabtu (10/11) di garis star Etape VII Tour de Singkarak di depan Mess Secata B kota setempat.

Momen star Etape VII yang bertepan dengan hari Pahlawan tersebut, tampak diminati masyarakat berjuluk Serambi Mekkah itu. Meski kondisi lokasi gari penonton sedikit tidak nyaman dengan adanya pengerjaan infrastruktur yang dihentikan sementara itu, namun tetap padat didatangi masyarakat untuk menyaksikan agenda tahunan tersebut.

“Momen balap sepeda tingkat internasional ini memang tetap diminati, untuk melihat para pembalap dari berbagai negara. Meski di lokasi star sedikit tidak nyaman karena kondisi lokasi penonton yang terganggu adanya pengerjaan proyek trotoar,” ungkap Lisna, 38, asal Kelurahan Balai Balai tersebut.

Sementara Wali Kota Padangpanjang, Fadly Amran mengatakan sangat mengapresiasi dua momentum besar yang diselenggarakan secara bersamaan. Khususnya selaku tuan rumah Etape VII TdS kali ini, diharapkannya berjalan lancar dan aman guna menunjukkan Padangpanjang sebagai kota bermasyarakat yang bermartabat.

“Kami mengharapkan kepada semua elemen masyarakat untuk mendukung suksesnya iven pada Etap VII ini. Masyarakat diimbau untuk tidak melintasi lintasan balapan yang telah ditentukan panitia, demi keamanan dan keselamatan masyarakat serta pembalap,” ajak Fadly dalam sambutan singkatnya tersebut.

Pemutaran Film

Sedangkan Dinas Pariwisata Kota Padangpanjang selaku Panitia Lokas Star Etape VII TdS 2018 ini, menyebut menargetkan menjadi yang terbaik. Hal tersebut diungkapkan sekaitan dengan agenda yang bertepatan dengan momen peringatan Hari Pahlawan.

Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Padangpanjang, Dalius mengatakan target menjadikan sebagai star terbaik telah disiapkan agenda lanjutan dengan pemutaran film sejarah. Yakni fim berjudul Soekarno Soekarno “Ketika Bung Di Ende”, untuk membangkitkan semangat masyarakat darah sejuk itu dalam menghormati para pejuang kemerdekaan.

Dikatakan Dalius, film tersebut menceritakan tentang sosok presiden pertama RI yang diasingkan ke Pulau Ende, Florest Nusa Tenggara Timur. Meski diasingkan ke daerah terpencil sekalipun, Soekarno tetap semangat mengobarkan jiwa juang bagi masyarakat untuk membela tanah air dari penjajahan.

“Kita menginginkan star terbaik di tahun ini dengan memberikan panggung hiburan rakyat sampai malam harinya. Di antaranya penampilan kesenian dari peserta didik pada siang harinya, dilantjukan malamnya dengan penayangang film sejarah,” ujar Dalius.

Sementara pihak bidang Penyusun Program Apresiasi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Lindia Chaerosti menyampaikan bahwa film adalah media pendidikan karakter bagi semua kalangan.

“Kami Pusbang film yang di bawah Kemendikbud berusaha agar film Indonesia menjadi lebih baik lagi, sehingga tidak menjadi momok yang hanya sebagai tontonan semata. Karena bagaimanapun, film itu adalah media pendidikan karakter bagi semua kalangan,” ujar Lindia.

Disebutkannya bahwa setiap tahun Pusbang film mengadakan kegiatan bersifat pendidikan, guna memfasilitasi masyarakat yang berminat untuk terjun di dunia film. Lindia mengharapkan agar masyarakan dapat men-support dunia perfilman Indonesia makin diminati.

Tentang film Soekarno “Ketika Bung di Ende” ini, dikatakan Lindia merupakan produksi dari Kemendikbud, dan bukan film layar lebar yang sifatnya profit untuk mendatangkan keuntungan. “Namun ini tentang sejarah, bagaimana Soekarno dalam pengsingannya yang tetap mengobarkan semangat juang masyarakat Indonesia,” pungkas Lindia.

Pada akhir pemutaran film sejarah yang digelar serentak dengan kota tua Jakarta dan Garut tersebut, Dinas Pariwisata daerah berhawa sejuk itu juga menyuguhkan doorprize bagi masyarakat yang menonton sampai selesai. (*)

 

,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *