Penyebab Kerusakan, Sirene Peringatan Tsunami Dipariaman


Serine Tsunami di Pariaman

 

Padang-today.com__Sebayak 10 unit dari 16 Sirene yang ada di Kota Pariaman, Sumbar rusak. Kerusakan alat bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Provinsi Sumbar pada 2014 tersebut, karena akinya dicuri oleh oknum masyarakat, serta komponennya sudah tidak berfungsi.

“Kerusakan macam-macam. Selain karena sudah tua, alat itu rusak karena ulah tangan jahil manusia. Sampai sekarang kita belum perbaiki,” ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pariaman, Asrizal di Pariaman.

Ia menyatakan, 10 dari 16 sirene peringatan dini tsunami yang dipasang di kawasan pantai daerah itu mengalami kerusakan, sehingga hanya enam saja yang dapat berfungsi jika bencana terjadi.

Ironisnya, kata Asrizal, beberapa komponen penting yang hilang di antaranya yakni aki, dan komponen lainya yang tidak berfungsi. Hilangnya komponen itu lantaran ulah tangan jahil manusia yang tidak bertanggung jawab.

Menurutnya, untuk memperbaiki sirene tersebut membutuhkan tenaga teknisi khusus dari Jakarta, sedangkan pengadaan barang pada 2018 belum ada.

Untuk perbaikan alat pendeteksi tsunami tersebut, kata Asrizal, membutuhkan anggaran puluhan juta rupiah. “Harganya kita belum tahu. Tapi jika ditaksir per alat membutuhkan sekitar  puluhan jutaan rupiah. Alat ini penting untuk keselamatan nyawa orang banyak,” ujarnya.

Dijelaskan, Kota Pariaman memiliki garis pantai sepanjang 12,5 kilometer, idealnya daerah itu membutuhkan 16 sirene “early warning system” atau sistem peringatan dini tsunami.

Pada umumnya sirene tersebut dipasang di tempat keramaian seperti Masjid Desa Rawang, Kantor Desa Ampalu, Desa Pauah Barat Kecamatan Pariaman Tengah, dan Masjid Mangguang Kecamatan Pariaman Utara.

“Masing-masing sirene ini memiliki daya jangkau hingga satu kilometer apabila mendeteksi adanya peringatan bencana alam seperti tsunami,” kata dia.

Terkait jalur evakuasi, lanjutnya, pemerintah setempat telah menyiapkan sebanyak 20 titik kumpul dengan 22 jalur yang tersebar di Kecamatan Pariaman Utara, Kecamatan Pariaman Timur dan Kecamatan Pariaman Selatan.

Selain itu, juga terdapat beberapa bangunan yang bisa dijadikan shelter sementara apabila terjadi tsunami.

Beberapa bangunan tersebut di antaranya Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 (SMPN) dan bekas kantor wali kota di Kelurahan Karan Aur, katanya.

Terakhir, pihaknya mengimbau masyarakat agar melaporkan dan secara bersama menjaga fasilitas publik, seperti sirene karena menyangkut keselamatan jiwa. (suger)

 

 


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *