
Jakarta, PADANGTODAY.COM-Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhi Purdijatno mengungkapkan, sebanyak 11 orang dari 16 orang warga negara Indonesia (WNI) yang ditangkap di Turki adalah anak-anak. Sementara lima orang lainnya adalah orang dewasa. Keterkaitan mereka dengan kelompok radikal ISIS masih didalami.
“Banyak, jadi ada 1 laki-laki, 4 perempuan, dan 11 anak-anak,” kata Tedjo di Istana Kepresidenan, Kamis (12/3/2015).
Tedjo menjelaskan, semua identitas para WNI yang ditahan itu sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas yang digelar siang tadi. Hadir dalam pertemuan itu adalah Kepala Badan Intelijen Negara Marciano Norman, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti, serta Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Menurut Tedjo, pihaknya kini masih mendalami jalur yang diambil 16 WNI itu hingga sampai ke Turki. Yang pasti, kata dia, dari 16 orang itu, hanya 5 orang yang menggunakan paspor. Sementara 11 orang lainnya, diduga Tedjo, adalah anak-anak yang berangkat bersama orangtuanya.
“Sekarang masih didalami, bagaimana ke sananya,” ujar Tedjo.
Sementara itu, Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti menegaskan bahwa penahanan 16 WNI yang dilakukan otoritas Turki adalah kasus baru. Badrodin mengatakan bahwa 16 WNI ini bukanlah 16 WNI yang dilaporkan hilang saat melakukan tur ke Turki beberapa waktu lalu.
“Dua-duanya 16 ini. Jadi pertama, 16 yang pakai Smailing Tour, dan sekarang ada 16 lagi,” kata Badrodin.
Dia menyebutkan, 16 WNI yang hilang saat melakukan tur ke Turki hingga kini masih belum ditemukan. Sementara 16 WNI yang ditahan di Turki, sebut dia, masih dilakukan penyelidikan terhadap identitas dan asalnya.
Aparat keamanan Turki telah menahan 16 warga negara Indonesia yang mencoba menyeberang ke Suriah.
Demikian penjelasan juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Kamis (12/3/2015). Ke-16 WNI tersebut terdiri dari tiga keluarga. Rute yang mereka tempuh untuk menuju Suriah biasa digunakan para simpatisan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Meski demikian, belum dapat dipastikan apakah ke-16 WNI itu hendak bergabung dengan ISIS atau tidak.
(sa/**)